Sabtu, 02 Januari 2016

Laporan Praktikum penentuan konsentrasi sampel berdasarkan serapan spektronik

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA SPEKTROMETRI
PENENTUAN KONSENTRASI  SAMPEL  BERDASARKAN SERAPAN SPEKTONIK 20 D+



Penyusun :
Nama                    : Rahmi Fitriani
NIM/BP               : 1205708/ 2012
Prodi                    : Pendidikan Kimia
Kelompok : 1 ( satu)
Dosen                   : Budhi Oktavia, Ph. D





FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015


PENENTUAN KONSENTRASI  SAMPEL  BERDASARKAN SERAPAN SPEKTONIK 20 D+

A.    Tujuan
1.     Memahami penggunaan alat Spektronik 20 D+
2.     Menentukan konsentrasi suatu sampel krom berdasarkaan serapan spektronik yang diperoleh

B.    Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal             : Senin/ 3 November 2015
Waktu                         : 13.20 – 15.50  WIB
Tempat                        : Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UNP

C.    Teori Dasar
Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah et al., 2005).

Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood, 1986).

Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar, 1990).

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.  Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.  Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra, 2009).

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = ε . b . C
Dimana : A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
(Tahir, 2009).

Komponen utama dari spektrofotometer yaitu :
1. Sumber cahaya
Untuk radisi kontinue :          
- Untuk daerah UV dan daerah tampak :
- Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada gelombang 320-2500 nm.
- Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm)
- Lampu gas xenon (250-600 nm)
Untuk daerah IR
Ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan :
-   Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%) Itrium oxida  (38%) dan erbiumoxida (3%)
-  Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC).
-  Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4 – 20 nm
-  Spektrum radiasi garis UV atau tampak :
-  Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)
-  Lampu katoda cekung/lampu katoda berongga
-  Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless dhischarge lamp)
-  Laser

 2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan.

3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran
Macam-macam monokromator :
-   Prisma
-   kaca untuk daerah sinar tampak
-   kuarsa untuk daerah UV
-   Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
-  Kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi :
-   Dispersi sinar merata
-   Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
-   Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum

4. Kuvet
Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.

5. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur.
Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
-  Kepekan yang tinggi
-  Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
-  Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
-  Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
-  Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
- Detektor foto (Photo detector)
- Photocell
- Phototube
- Hantaran foto
- Dioda foto
- Detektor panas

6. Penguat (amplifier)
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh indikator.

7. Indikator
Dapat berupa :
-  Recorder
-  Komputer

D.    Alat dan Bahan
Alat :
Spektronik
                              Kuvet
                              Botol semprot
                             Beaker glass
                              Tabung reaksi
                              Labu ukur 250 ml
                              Bola hisap
            Pipet volume

            Bahan :
            Larutan K2Cr2O7  1000 ppm
            Akuades

E.    Cara Kerja

Menyiapkan alat

Menghidupkan alat spektronik


 
                       
Pada monitor kondisikan panjang  gelombang   100 %T
 


Mencek kuvet matching atau tidak antara kuvet 1 dengan kuvet 2  dimana kondisikan kedua kuvet ini memiliki kesaamaan yang tidak boleh lebih dari 1%

Mengisi kuvet  ±3/4 bagian dengan aquadest

Memasukkan kuvet , dimana pada tabung kuvet ini arahkan bagian yang bening pada sinar

Tekan 100%T

Pada kuvet 2 isi dengan sampel masing masing kelompok dengan kondisi seperti langkah kuvet

F.     Tabel Pengamatan

1.     Membuat larutan standar Cr2+ 1000 ppm, 2000 ppm dan 3000 ppm
·       Larutan Cr2+ 50 ppm 25 mL dari larutan induk 1000 ppm
·       Larutan Cr2+ 75 ppm 25 mL dari larutan induk 1000 ppm
·       Larutan Cr2+ 100 ppm 25 mL dari larutan induk 1000 ppm
1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm , 75 ppm dan 50 ppm.
·       100 ppm
  Panjang Gelombang (nm)
%T
400
8,1
420
31,5
440
39,8
460
48,8
480
66,3
500
84,1
520
95,1
540
99,4
560
100,4
580
100,5
600
100,8


·       Mengukur % Transmitan
Larutan Standar
% Transmitan
50 ppm
35,8
75  ppm
22,3
100 ppm
13,3
Sampel A
38,1




G.   Perhitungan
ʎmax diuji pada panjang gelombang 400 nm
Didapatkan : ʎ  = 400 nm à 8,1 % T     A= 1,09
·        50 ppm pada 400 nm
% T = 35,8 %     A = 0,446
·       75 ppm pada 400 nm
%T = 22,3 %   A= 1,091
·      100 ppm pada 400 nm
·      %T = 13,3 %   A= 0,876
Sampel campuran (Sampel K2Cr2O7 + aquadest) 400 nm
%T = 38,1%    A= 0,419

H.    GRAFIK
Larutan Standar
% Transmitan
Absorbansi
50 ppm
35,8
0.446
75 ppm
22,3
1.091
100 ppm
13,3
0.876
Sampel A
38,1
0.419










Berdasarkan grafik excel yang diperoleh, didapatakan persamaan regresinya:
Y=0,215X + 0,374
Dimana Y= absorbansi dan X= konsentrasi ( x 1000).
Dengan menggunakan persamaan regresi ini kita dapat menentukan konsentrasi sampel X dimana absorbansinya 0.419.
Y=0,215X + 0,374
0,419= 0,215X + 0,374
0,419- 0,374 = 0,215X
X= 0,045
      0,215
                                               X = 0,2093
                                                X= C x 1000 ppm
                                                   = 0,2093 ( 1000 ppm)
                                                   = 209,30 ppm


















I.      Pembahasan

Pada percobaan ini kita menentukan konsentrasi krom (II) dalam suatu larutan sampel dengan menggunakan spektronik 20 D(antara 400-600 nm), karena kita menggunakan instrumen, maka kita akan menghitung konsentrasi dengan  berdasarkan interaksi antara energi dan materi. Energi dalam hal ini adalah energi dari sinar UV visible yang kemudian dilewatkan pada suatu larutan sampel yang mengandung krom (II) dengan konsentrasi tertentu.

Spektronik 20 merupakan Spektrofotometri, yakni suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.

Aspek pengukuran spektronik – 20 salah satunya adalah warna, dimana warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Warna putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut.

Perlu diingat bahwa spektronik hanya dapat diserap oleh larutan berwarna. Karena larutan yang akan dianalisis sudah berwarna, maka dilakukanlah pengukuran konsentrasi krom (II) dengan spketronik 20 D. Larutan yang digunakan yaitu larutan K2Cr2O7 1000 ppm yang merupakan larutan berwarna orange yang dibuat dengan melarutkan kristal K2Cr2O7 dengan air . Larutan diencerkan untuk membuat larutan standar 100, 75 dan 50 ppm masing-masing dalam 25 mL. Dari hasil perhitungan diperoleh volume larutan Cr2+ yang diambil untuk diencerkan sampai 25 mL adalah 1,25 mL, 1,875 mL dan 2,5 mL.

Dalam penggunaan spektronik 20 D+ ini diperlukan juga larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analit. Larutan blanko ini berfungsi sebagai penetral alat, agar transmitan pada spektronik bernilai 100%, sehingga nilai absorbansi yang terbaca benar-benar merupakan nilai absorbansi dari zat yang dianalisis. Adapun larutan blanko yang digunakan pada percobaan ini berupa aquades.
Kemudian menyiapkan alat spektronik 20 D+ dan menghidupkan dengan menekan tombol ON pada spektronik yang telah dihubungkan dengan arus listrik. Setelah itu menetapkan panjang gelombang yang digunakan untuk maching kuvet dengan menekan tombol Wavelength Control dan memilih  dan menekan tombol Transmittance / Absorbance Control  hingga timbul 100%T pada monitor. Agar kuvetnya siap untuk digunakan maka kedua kuvet terlebih dahulu diisi dengan aquades dan diukur harga %T nya dan hasilnya keduanya memiliki %T= 100 %.
Setelah itu mencari  untuk larutan Cu2+ yang berwarna orange. Dari hasil percobaan diperoleh = 400 nm. Selanjutnya dilakukan pengukuran %T untuk larutan standar 100, 75, 50 ppm serta sampel A dengan larutan blankonya yaitu aquades. Caranya kuvet larutan blanko  dimasukkan dalam spektronik dan dibuat 100%T, kemudian diganti dengan kuvet yang berisi larutan standar 100 ppm dan akan terukur %T nya. Begitu selanjutnya untuk larutan dengan konsentrasi lain serta sampel. Kemudian ditentukan A dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer yaitu :
    A = - log T
Maka didapatkan konsentrasi 50 ppm pada 400 nm memiliki adsorban 0,446; konsentrasi 75 ppm memiliki adsorban sebesar 1,091; konsentrasi 100 ppm memiliki adsorban 0,876 dan pada sampel memiliki adsorban 0,419. Kemudian dibuat grafik dengan menggunakan excel  didapat kan persamaan regresinya adalah Y=0,215X + 0,374.
Dengan menggunakan persamaan regresi ini kita dapat menentukan konsentrasi sampel X, dimana pada percobaan ini diperoleh konsentrasi dari sampel adalah 209,30 ppm.



J.     Kesimpulan
1. Spektronik 20 D+ hanya dapat diserap oleh larutan berwarna.
2. Keuntungan utama pemilihan metode spektronik bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
3.Larutan blanko yaitu aquades berfungsi sebagai penetral alat, agar transmitan pada spektronik bernilai 100%
4. Konsentrasi sampel yang didapatkan adalah 209,30 ppm.



























DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, S., Yanlinastuti dan Yoskasih, 2005. “Kualifikasi Alat Spektrometer Uv-Vis Untuk Penentuan Uranium Dan Besi Dalam -U30s. Hasil Penelitian EBN.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta :PT. Gramedia.

Underwood, A.L dan R.A.Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :Erlangga. 


Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.

Saputra, Y.E., 2009. Spektrofotometri. http://www.chem-is-try.org. diakses tanggal 13 Desember 2009. 

2 komentar:

  1. Caesar Casino: 100% up to $500 + 100 Free Spins
    Caesar Casino: 100% up to 제왕 카지노 $500 + 100 Free kadangpintar Spins · Deposit match bonus 100% หาเงินออนไลน์ up to $500 · Deposit bonus 100% up to $600 · 100% up to $1,000 · Deposit bonus 100% up to $

    BalasHapus
  2. Slot Review & Facts: NetEnt's "RTP" in the US - JamBase
    NetEnt was 광주 출장샵 founded in 1999, 시흥 출장샵 and since then they have managed to deliver หารายได้เสริม games on a mobile-first, 구리 출장안마 mobile-first approach. They are also a 서귀포 출장마사지 software developer who

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com
Copyright © 2014 Kimia Asyik